Bab 4- Hasil Penelitian

A. Deskripsi Data

Pada bagian dari bab ini secara berturut-turut akan disajikan gamabaran deskriptif tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Organisasi Sekolah, dan hubungannya dengan Kinerja Guru.

Ketiga jenis data yang akan dideskripsikan ini terdiri dari dua variabel bebas, yaitu Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi Sekolah, serta variabel terikat yaitu Kinerja Guru yang diperoleh melalui angket yang dirancang oleh peneliti berdasarkan indikator-indikatornya.

Setelah pendeskripsian data, selanjutnya disajikan pada pengujian analisis, pengujian hipotesis, dan dilanjutkan dengan tafsiran hasil pengujian hipotesis.

1. Kinerja Guru (Y)

Instrumen Kinerja Guru (Y) disusun sebanyak 30 butir pernyataan yang didasarkan pada skala sikap model Likert yang dimodifikasi dengan skoring 5 untuk pernyataan selalu, 4 untuk pernyataan sering, 3 untuk pernyataan kadang-kadang, 2 untuk pernyataan jarang, dan 1 untuk pernyataan tidak pernah. Hal ini berlaku untuk pernyataan positif dan sebaliknya bila pernyataan negatif.

Setelah melalui proses uji coba, instrumen Kinerja Guru yang layak untuk dipakai adalah berjumlah 30 butir pernyataan. Dengan demikian maka skor maksimal yang dapat diperoleh seorang responden adalah sebesar 150.

Data terkumpul menunjukkan bahwa rentangan bagi skor Kinerja Guru adalah skor minimum 90 dan skor maksimum 100. Dengan rentangan tersebut diperoleh harga rata-rata sebesar 95,23 dan simpangan baku sebesar 2,54 untuk perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Distribusi frekuensi data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Skor Kinerja Guru

NO

KELAS INTERVAL

FREKUENSI

FREKUENSI RELATIF

1

90-91

5

12.5

2

92-93

5

12.5

3

94-95

8

20

4

96-97

16

40

5

98-99

4

10

6

100-101

2

5

40

100

Sebagaimana hasil perhitungan di atas hasil pengolahan data diperoleh rata-rata untuk Kinerja Guru sebesar 95,23. Dengan demikian ternyata bahwa Kinerja Guru sebagai objek penelitian ini rata-rata mempunyai kinerja yang tinggi. Untuk histogram skor kinerja guru dapat dilihat pada grafik berikut ini :

f

Grafik 1. Histogram Skor Kinerja Guru

K

Keterangan :

f = frekuensi absolut

K = kelas interval

Histogram dibuat menggunakan fasilitas Chart pada MS. Word ’97.

2. Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah yang semula disusun 30 butir pernyataan berdasarkan pada skala sikap model Likert yang dimodifikasi dengan menggunakan 5 option yaitu skoring 5 untuk selalu, 4 untuk sering, 3 untuk kadang-kadang, 2 untuk jarang, dan 1 untuk tidak pernah, hal ini berlaku untuk pernyataan positif dan sebaliknya bila pernyataan negatif.

Setelah melalui proses uji coba ternyata bahwa jumlah butir pernyataan yang layak untuk digunakan dilihat dari validitas dan reliabilitasnya adalah 30 butir pernyataan. Dengan demikian skor maksimum yang dapat diperoleh seorang responden adalah 150.

Data yang terkumpul menunjukkan bahwa rentangan bagi skor Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah skor minimum 90 dan maksimum 100. Dengan rentang tersebut diperoleh harga rata-rata sebesar 94,85 dan simpangan baku sebesar 2,74.

Distribusi frekuensi dari data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sedangkan histogramnya dapat dilihat pada grafik 2.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Skor Kepemimpinan Kepala Sekolah

NO

KELAS INTERVAL

FREKUENSI

FREKUENSI RELATIF

1

90-91

4

10

2

92-93

10

25

3

94-95

10

25

4

96-97

8

20

5

98-99

6

15

6

100-101

2

5

40

100

Sebagaimana hasil perhitungan di atas, hasil pengolahan data diperoleh harga rata-rata untuk Kepemimpinan Kepala Sekolah sebesar 94,85. Dengan demikian ternyata bahwa Kepemimpinan Kepala Sekolah menurut objek penelitian ini yaitu para guru SD di Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan rata-rata mempunyai sifat kepemimpinan yang tinggi. Untuk histogram skor Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah sebagai berikut :

f

Grafik 2. Histogram Skor Kepemimpinan Kepala Sekolah

K

Keterangan :

f = frekuensi absolut

K = kelas interval

Histogram dibuat menggunakan fasilitas Chart pada MS. Word ’97.

3. Iklim Organisasi Sekolah (X2)

Instrumen Iklim Organisasi Sekolah disusun sebanyak 30 butir pernyataan yang didasarkan pada skala sikap model Likert yang dimodifikasi dengan menggunakan 5 option yaitu skor 5 untuk selalu, 4 untuk sering, 3 untuk kadang-kadang, 2 untuk jarang, dan 1 untuk tidak pernah, hal ini berlaku untuk pernyataan positif dan sebaliknya bila pernyataan negatif.

Setelah melalui proses uji coba, instrumen Iklim Organisasi Sekolah yang layak untuk dipakai adalah berjumlah 30 butir pernyataan. Dengan demikian skor maksimum yang dapat diperoleh seorang responden adalah sebesar 150. Data yang terkumpul menunjukkan bahwa rentangan bagi skor Iklim Organisasi Sekolah adalah skor minimum 90 dan skor maksimum 100. Dengan rentangan tersebut diperoleh rata-rata sebesar 95 dan simpangan baku sebesar 2,78.

Distribusi frekuensi dari data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Skor Iklim Organisasi Sekolah

NO

KELAS INTERVAL

FREKUENSI

FREKUENSI RELATIF

1

90-91

5

12.5

2

92-93

7

17.5

3

94-95

11

27.5

4

96-97

8

20

5

98-99

7

17.5

6

100-101

2

5

40

100

Sebagaimana hasil perhitungan di atas, hasil pengolahan data diperoleh harga rata-rata untuk Iklim Organisasi Sekolah sebesar 95. Dengan demikian ternyata bahwa Iklim Organisasi Sekolah sebagai objek penelitian ini rata-rata tinggi. Untuk histogram skor Iklim Organisasi Sekolah adalah sebagai berikut :

f

Grafik 3. Histogram Skor Iklim Organisasi Sekolah

K

Keterangan :

f = frekuensi absolut

K = kelas interval

Histogram dibuat menggunakan fasilitas Chart pada MS. Word ’97.

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data

Lebih lanjut karakter data penelitian akan menentukan teknik analisis data yang akan digunakan untuk membuktikan atau menguji hipotesis, oleh karena itu sebelum pelaksanaan analisis data yang menguji hipotesis dilakukan pemeriksaan atau pengujian terhadap data itu. Pengujian persyaratan analisis data yang digunakan di sini adalah uji normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors. Kriterianya adalah sebagai berikut :

1. Tolak hipotesis nol, jika Lhitung > Ltabel yang berarti populasi tidak berdistribusi normal.

2. Terima hipotesis nol, jika Lhitung < Ltabel yang berarti populasi berdistribusi normal

1. Uji Normalitas Data Kinerja Guru

Pengujian terhadap data perilaku belajar (Y) menghasilkan Lhitung sebesar 0,09. Dari tabel harga kritis nilai L untuk Lilliefors dengan n = 40 dan α = 0,05 diperoleh Ltabel = 0,1401. Dengan demikian tampak bahwa Lhitung lebih kecil daripada Ltabel , yang berarti bahwa data Y berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Normalitas Data Iklim Organisasi Sekolah (X)

Pengujian terhadap data Iklim Organisasi Sekolah (X) menghasilkan Lhitung sebesar 0,09. Dari tabel harga kritis nilai L untuk Lilliefors dengan n = 40 dan α = 0,05 diperoleh Ltabel = 0,1401. Dengan demikian tampak bahwa Lhitung lebih kecil daripada Ltabel , yang berarti bahwa data X2 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Jika hasil uji normalitas dari ketiga jenis data tersebut yaitu Kinerja Guru, Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan Iklim Organisasi Sekolah disajikan kembali kecuali secara keseluruhan, maka akan diperoleh tabel hasil pengujian normalitas data sebagai berikut :

Tabel 10. Hasil Pengujian Normalitas Data

JENIS DATA

LHITUNG

LTABEL % %=0,5

KESIMPULAN

Kinerja Guru (Y)

0,09

0,1410

Normal

Iklim Organisasi Sekolah (X)

0,09

0,1401

Normal

Tabel = Tabel nilai kritis Lilliefors

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa populasi dari semua variabel data penelitian ini yaitu kinerja guru, Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan Iklim Organisasi Sekolah berdistribusi normal. Dengan demikian persyaratan telah terpenuhi.

Selanjutnya untuk persyaratan bahwa bentuk-bentuk regresi adalah linear. Pengujian telah dilakukan secara bersama-sama dengan pengujian hipotesis penelitian.

C. Pengujian Hipotesis

Berikut ini akan disajikan hasil pengujian terhadap hipotesis penelitian yang diajukan yaitu sebagai berikut :

Hubungan antara Variabel Iklim Organisasi Sekolah (X) dengan Kinerja Guru (Y)

Hipotesis kedua yang disajikan dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara Iklim Organisasi Sekolah (X) dengan Kinerja Guru (Y). analisis regresi linear sederhana terhadap data penelitian.

Penelitian dari perhitungan menghasilkan koefisien arah regresi b sebesar 0,69 dan konstanta a sebesar 30,11. Dengan demikian bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut dapat disajikan oleh persamaan regresi :

Ŷ = 30,11 + 0,69 X

Untuk mengetahui keberartian regresi, persamaan regresi tersebut selanjutnya diuji dengan menggunakan Uji F. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 12. Tabel Anava untuk Regresi Linear Sederhana Ŷ = 30,11 + 0,69 X

Sumber Varian

Db

JK

RJK

Fh

Ft

Total

40

362963

362963

Regresi a

Regresi b

Sisa

1

1

38

362712,03

142,83

108,14

362712,03

142,83

2,85

50,12

a.0,95 (1:38)

4,10

Tuna cocok

Galat

9

29

30,22

77,92

3,36

2,69

1,25

a.0,95

(15:23)

2,55

Keterangan : db = derajat kebebasan

JK = jumlah kuadrat

RJK = rata-rata jumlah kuadrat

Analisis korelasi terhadap pasangan data dari kedua variabel tersebut, menghasilkan koefisien r korelasi sebesar 0,75. Telaah keberartian (signifikansi) terhadap angka koefisien korelasi tersebut diperoleh thitung sebesar 7 sedangkan untuk ttabel (0,95) (38) = 1,70. Perhitungan ini menunjukkan bahwa angka koefisien korelasi antara Iklim Organisasi Sekolah dengan Kinerja Guru adalah sangat signifikan. Hal ini sekaligus menolak hipotesis nol, penelitian yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan positif antara Iklim Organisasi Sekolah (X) dengan Kinerja Guru (Y).

Karena koefisien korelasi ry1 = 0,75 maka diperoleh koefisien determinasinya sebesar r2 = 0,56 yang berarti bahwa 56% variansi perilaku belajar dapat dijelaskan oleh Iklim Organisasi Sekolah (X2) dengan kinerja guru (Y) melalui suatu persamaan regresi :

Ŷ = 30,11 + 0,69 X pada α = 0,95

Koefisiesn korelasi parsial X dan Y signifikan karena nilai thitung = 7 > ttabel = 1,70 yang berarti ada hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru.

D. Interpretasi Hasil Penelitian

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ketiga hipotesis kerja yang diajukan dalam penelitian ini semuanya diterima, ini berarti bahwa secara umum terdapat hubungan positif antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi Sekolah serta Kinerja Guru, baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.

Untuk lebih jelasnya hasil pengujian hipotesis tersebut dapat ditafsirkan sebagai berikut :

Hubungan antara Iklim Organisasi Sekolah dengan Kinerja Guru, tampak adanya hubungan positif antara kedua variabel tersebut yang mengandung makna bahwa semakin tinggi Iklim Organisasi Sekolah maka semakin tinggi pula Kinerja Guru.

Dengan kekuatan hubungan sebesar 0,75 serta koefisien determinasinya sebesar 0,56 maka diperoleh sekitar 56% varians hasil Kinerja Guru dipengaruhi oleh Iklim Organisasi Sekolah memberikan sumbangan sekitar 56% terhadap varians Kinerja Guru melalui model regresi linear sederhana :

Ŷ = 30,11 + 0,69 X

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kinerja Guru SD di Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat tergolong tinggi, hal ini terlihat dari data yang terkumpul menunjukkan bahwa rentangan skor sebesar 90 – 100 dan harga rata-rata sebesar 95,23.

2. Hubungan antara Iklim Organisasi Sekolah dengan Kinerja Guru memiliki tingkat signifikansi tinggi. Hal ini terlihat dari korelasi yang diperoleh r = 0,75 dan keberartian thitung = 2,52 > 1,70 = ttabel pada taraf signifikansi 5%. Koefisien parsial X2 dengan Y sangat signifikan karena thitung = 7 < 1,68 = ttabel pada a = 0,05.

3. Diperoleh hitungan kadar sumbangan atau koefisien determinasi Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru sebesar 0,68 atau 68%.

4. Diperoleh hitungan kadar sumbangan atau koefisien determinasi Iklim Organisasi Sekolah terhadap Kinerja Guru sebesar 0,56 atau 56%.

B. Implikasi

Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan di lingkungan pendidikan maka kesimpulan yang ditarik tentu mempunyai implikasi dalam bidang pendidikan dan juga penelitian-penelitian selanjutnya, sehubungan dengan hal tersebut maka implikasinya adalah sebagai berikut :

Hasil penelitian mengenai variabel Iklim Organisasi Sekolah yang diduga mempunyai hubungan dengan Kinerja Guru, ternyata menunjukkan hubungan yang signifikan, kedua variabel tersebut, variabel Iklim Organisasi Sekolah memberikan kontribusi terhadap variabel Kinerja Guru, di mana Iklim Organisasi Sekolah memberikan kontribusi sebesar 0,56 atau 56%. Kontribusi Iklim Organisasi Sekolah (X) tersebut, ditentukan oleh indikator perencanaan yang kurang baik.

Berdasarkan pada hasil penelitian di atas bahwa memberikan kontribusi yang berarti terhadap Kinerja Guru.

Selama ini masalah Kinerja Guru kurang mendapat perhatian yang serius baik dari pihak lembaga maupun dari pihak guru. Maka dalam mengatasi masalah tersebut, diperlukan adanya usaha dan upaya dari pihak lembaga dan dari pihak pimpinan, dalam rangka meningkatkan Kinerja Guru dengan cara mengadakan perbaikan pada variabel Iklim Organisasi Sekolah yang dijalankan pada sekolah yang bersangkutan. Dengan mengadakan perbaikan pada variabel tersebut diharapkan motivasi kerja guru akan semakin meningkat.

Untuk itu perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan oleh lembaga di antaranya sebagai berikut :

1. Perilaku belajar atau Iklim Organisasi Sekolah tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor Kepemimpinan Kepala Sekolah tetapi masih banyak faktor lingkungan internal mapun lingkungan eksternal lain yang menentukannya. Pengaruh perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Iklim Organisasi Sekolah dan Kinerja Guru. Sehubungan dengan hal itu perlu diteliti lebih lanjut terhadap faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi terhadap perilaku belajar tersebut.

2. Aspek-aspek yang diteliti dan penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, maka untuk lebih mendalam faktor-faktor apa saja yang turut berpengaruh terhadap Kinerja Guru tersebut. Perlu kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pendekatan kuantitatif.

C. Saran

1. Iklim Organisasi Sekolah ternyata berkontribusi positif terhadap Kinerja Guru. Hendaknya keadaan seperti ini dipertahankan bahkan kalau bisa ditingkatkan.

Untuk menciptakan hal tersebut guru-guru perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kepemimpinan ini, baik atas inisiatif sendiri maupun prakarsa kepala sekolah atau pihak-pihak lain yang terkait.

2. Bagi kepala sekolah, penilik, dan pengawas atau pihak terkait dalam memberikan bantuan, bimbingan, dan pembinaan perlu memperhatikan faktor iklim organisasi ini. Akan lebih baik lagi apabila dilakukan pelatihan-pelatihan khusus sehubungan dengan masalah-masalah kepemimpinan ini.

3. Disadari bahwa faktor iklim organisasi ini ditentukan oleh faktor-faktor internal dan juga faktor eksternal. Lembaga pendidikan yang bertugas mempersiapkan calon guru yang kualitatif merupakan salah satu faktor eksternal yang turut serta membentuk kepemimpinan calon guru tersebut.

4. Untuk itu perlu dilakukan suatu studi dalam menjembatani masalah Kepemimpinan Kepala Sekolah di lapangan dengan program yang disusun dan dilaksanakan oleh lembaga pendidikan. Apabila studi ini terlaksana maka tingkat kontribusi dari iklim organisasi akan dapat ditingkatkan secara terencana, yang pada akhirnya nanti akan meningkatkan mutu pendidikan.

5. Untuk menciptakan iklim organisasi yang kondusif hendaknya mulai dipikirkan sekarang terutama bagi para pemegang keputusan, agar lebih banyak memperhatikan komunitas yang ada di sebuah lembaga pendidikan, seperti sekolah. Dengan demikian akan terjadi iklim organisasi yang kondusif di mana satu sama lain anggotanya saling memperdulikan sehingga tercipta keadaan yang mendukung pembelajaran dengan baik. Selanjutnya dari keadaan demikian akan meningkatkan mutu pendidikan kita yang sekarang sedang terpuruk.

Tinggalkan komentar