Bab 1- Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan global dan era informasi memacu bangsa Indonesia untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena dengan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan di segala bidang sehingga diharapkan bangsa Indonesia dengan sumber daya manusianya dapat bersaing dengan bangsa lain yang lebih maju.

Dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, yang diperlukan bagi pembangunan di segala bidang kehidupan bangsa, terutama mempersiapkan peserta didik menjadi aktor IPTEK yang mampu menampilkan kemampuan dirinya, sebagai sosok manusia Indonesia yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional di bidangnya, sebagaimana tujuan pendidikan nasional, dalam GBHN ”… adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif, sehat jasmani dan rohani.”[1]

Dengan ketahan dan kemandirian seseorang diharapkan bangsa Indonesia mampu menghadapi tantangan global di segala bidang. Mereka diharapkan bisa (1) meningkatkan nilai tambah, (2) dapat mengarahkan perubahan struktur masyarakat ke arah yang positif, (3) bisa bersaing dalam era globalisasi, dan (4) dapat menghindari penjajahan dalam penguasaan Iptek.[2] Kesiapan tersebut merupakan salah satu wujud harapan yang ditekankan oleh para menteri pendidikan 9 negara berependuduk terbesar di New Delhi yang memuat enam peran pendidikan, yaitu : (1) ikut menggalang perdamaian dan ketertiban dunia, (2) mempersiapkan pribadi sebagai warga negara dan masyarakat, (3) pendidikan yang merata dan menyeluruh, (4) menanamkan dasar-dasar pembangunan yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan, (5) mempersiapkan tenaga kerja untuk pembangunan ekonomi, sehingga pendidikan perlu dikaitkan dengan kebutuhan dunia kerja, dan (6) berorientasi pada penguasaan dan pengembangan Iptek.[3]

Selanjutnya output dari setiap sekolah atau lembaga pendidikan yang ada diharapkan bisa memasuki dunia kerja yang nyata sesuai dengan kemampuan dan keterampilan hidup yang dimiliki, sehingga tidak menyebabkan banyak pengangguran di mana-mana. Hal ini merupakan tuntutan bagi kompetensi seseorang yang harus mereka kuasai. Negara-negara maju, seperti Amerika, Inggris, Australia, dan Selandia Baru telah merumuskan tujuh kompetensi yang diperlukan oleh dunia kerja. Kompetensi tersebut berupa : (1) kemampuan untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menyusun informasi, (2) kemampuan untuk berkomunikasi, (3) kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan, (4) kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain dalam suatu tim kerja, (5) kemampuan untuk mempergunakan teknik dan logika matematika, (6) kemampuan untuk memecahkan masalah, dan (7) kemampuan untuk memanfaatkan teknologi.[4]

Menyaksikan kenyataan tersebut telah tergambar betapa pentingnya suatu pendidikan yang harus dimiliki seseorang, sehingga tidak terpuruk pada keadaan dunia yang semakin berat dan penuh tantangan. Sebagaimana kita ketahui pendidikan pada hakekatnya proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik, yang bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini menuntut upaya pelaksanaan pendidikan yang berkualitas dari semua jenis dan jenjang pendidikan.

Prioritas upaya peningkatan mutu pendidikan, pada dasarnya dititikberatkan pada tiga faktor utama :

1. Mutu dan jumlah sumber daya pendidikan untuk mendukung proses belajar mengajar.

2. Mutu proses belajar mengajar dalam konteks pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran peserta didik.

3. Mutu keluaran pendidikan, dalam artian pengetahuan, sikap dan keterampilan para peserta didik.

Mutu pendidikan yang telah dikaji secara makro, menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan, ditinjau dari segi pengelolaan sumber-sumber pendidikan, baik yang berasal dari dalam sekolah maupun dari luar sekolah, sehingga diharapkan “…budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah, sehingga setiap perilaku selalu didasari oleh profesionalisme.”[5]

Titik picu mutu pendidikan dapat ditinjau dari konsep pendidikan sebagai sistem, yaitu pendidikan yang bermutu muncul karena output yang bermutu, output yang bermutu hanya bisa dihasilkan melalui proses yang bermutu, proses yang bermutu dipengaruhi oleh faktor mutu input baik instrumen input, environmental input, maupun input kemampuan dasar siswa, kepemimpinan dan kinerja guru.

Pada era mutu ini, manajemen pendidikan sudah saatnya menyediakan suatu kondisi yang dapat menumbuhkembangkan kreativitas dan inovasi pada satuan pendidikan sebagai gugus yang terdepan tempat terjadinya pengalaman pembelajaran. Pembinaan kualitas pendidikan harus terjadi pada tingkat manajemen persekolahan (mikro). Karena itu sistem pembinaan harus dimulai pada manajemen ditingkat mikro yang dapat mengembangkan partisipasi tenaga kependidikan di sekolah, serta dapat menciptakan iklim organisasi yang kondusif.

Manajemen pendidikan yang bermutu tidak terlepas dari kemampuan kepala sekolah. Kepala Sekolah sebagai pimpinan di unit kerjanya harus disertai dengan beberapa kualifikasi yang melekat pada tugas dan fungsinya, yaitu profesiosnalisasi dalam pekerjaannya, sebagaimana dikemukakan Sanusi, “…bahwa usaha peningkatan kemampuan manajerial sekolah harus didukung oleh profesionalisasi pekerjaan administrasi sekolah yang membuat para pejabatnya benar-benar menjadi administrator karir.”[6]

Dalam kedudukannya sebagai pemimpin, kepala sekolah bukan sekedar pelaksana atas berbagai kebijakan, melainkan sebagai penanggung jawab penuh secara profesional dalam manajemen sekolah, demi tercapainya prestasi sekolah yang diharapkan, karena “…sekolah yang efektif, bermutu, dan favorit , tidak lepas dari peran seorang kepala sekolahnya. Pada umumnya sekolah tersebut dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang efektif.”[7] Sehingga kepemimpinan kepala sekolah mengarah kepada kepemimpinan situasional.

Selanjutnya perilaku tugas dan hubungan yang merupakan titik pusat konsep kepemimpinan situasional menurut Miftah Thoha :

Perilaku Tugas ialah suatu perilaku seorang pemimpin untuk mengatur dan merumuskan peran-peran dari anggota-anggota kelompok atau para pengikut; menerangkan kegiatan yang harus dikerjakan oleh masing-masing anggota, kapan dilakukan, dimana melaksanakannya, dan bagaimana tugas-tugas itu harus dicapai. Selanjutnya disipati oleh usaha-usaha menciptakan pola organisasi yang mantap, jalur komunikasi yang jelas, dan cara-cara melakukan jenis pekerjaan yang harus dicapai.

Perilaku hubungan ialah suatu perilaku seorang pemimpin yang ingin memelihara hubungan-hubungan antar pribadi di antara dirinya dengan anggota-anggota kelompok atau para pengikut dengan cara membuka lebar-lebar jalur-jalur komunikasi, mendelegasikan tanggung jawab, dan memberikan kesempatan pada para bawahan untuk menggunakan potensinya. Hal semacam ini disifati oleh dukungan sosioemosional, kesetiakawanan, dan kepercayaan bersama.[8]

Apabila peran kepala sekolah sebagai pemimpin tersebut dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan dengan dukungan profesionalitas yang tinggi, serta iklim organisasi sekolah yang kondusif, maka diharapkan terwujudnya peningkatan kinerja guru, sehingga perjalanan organisasi dapat sinergis, yaitu guru menjalankan tugas profesi secara benar, bertanggung jawab dan sadar kualitas, personil lainnya melayani kepentingan stakeholders dengan penuh tanggung jawab dan disiplin serta berorientasi mutu, fasilitas yang dibutuhkan tersedia secara lengkap dan layak pakai, iklim organisasi sekolah kondusif dan mendukung keberhasilan proses belajar mengajar serta siswa dapat belajar dengan tenang, tekun, penuh kejujuran dan keikhlasan serta tanggung jawab. Apabila gambaran tersebut terjadi, maka pada akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dan peningkatan mutu pendidikan.

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat berhasil, dipengaruhi pula oleh hubungan antar manusia di dalam organisasi atau sekolah, seperti halnya hubungan kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru serta para siswa yang harmonis. Sehingga dengan hubungan yang harmonis tersebut dapat mewujudkan iklim organisasi sekolah yang mendukung terhadap keberhasilan proses belajar mengajar dan pencapaian tujuan pendidikan.

Dalam dunia pendidikan, guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi, yaitu sebagai komponen terdepan yang berperan langsung dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga perlu memiliki semangat kerja dan kemampuan profesional. Kemampuan guru dapat terlihat dalam cara pengelolaan kelas, penguasaan kurikulu, penggunaan metode dan teknik pembelajaran, pembuatan administrasi dan evaluasi.

Prestasi kerja guru dalam organisasi pendidikan perlu mendapat perhatian dan perlu mendapat dukungan oleh semua komponen, seperti kemampuan organisasi, iklim organisasi, serta perilaku dan gaya kepemimpinan kepala sekolah.

Kinerja guru yang efektif dipengaruhi oleh beberapa sumber :

1. Sumber individu itu sendiri, diantaranya intelektual, psikologis, fisiologis, demotivasi, faktor-faktor personalitas, keusangan/ketakutan, prefarasi posisi, orientasi nilai.

2. Sumber dari dalam organisasi diantaranya sistem organisasi, peranan organisasi, kelompok dalam organisasi, perilaku yang berhubungan dengan pengawasan , iklim organisasi.

3. Sumber dari lingkungan eksternal organisasi, diantaranya keluarga, kondisi ekonomi, kondisi hukum, nilai-nilai sosial, peranan kerja, perubahan teknologi, dan perkumpulan-perkumpulan.[9]

Efektif atau tidaknya kinerja guru perlu mendapat perhatian semua pihak, terutama kepala sekolah sebagai pengelola pendidikan hendaknya berupaya untuk meningkatkan prestasi kerja guru dan tenaga kependidikan lainnya.

Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah adalah salah seorang penentu keberhasilan mutu pendidikan. Sebagaimana dikemukakan Dr. Kartini Kartono, “Pemimpin selalu menjadi fokus dari semua gerakan aktivitas usaha dan perubahan menuju pada kemajuan organisasi. Pemimpin merupakan agen primer untuk menentukan struktur kelompok/organisasi yang dibinanya. Pemimpin merupakan inisiator, motivator, stimulator, dinamistor dan inovator dalam organisasinya.”[10] Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat tergantung kepada kualitas kepemimpinan kepala sekolah yang memegang peranan penting dalam berbagai kegiatan di sekolah.

Kualitas kepemimpinan dan manajemen kepala sekolah akan mewarnai kualitas kinerja guru dan tenaga kependidikan lainnya. Kualitas kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari keberhasilan melakukan pengelolaan semua aspek yang berada di sekolah serta memberdayakan masyarakat untuk mendukung tercapainya tujuan sekolah.

Dalam hubungannya dengan potensi di sekolah yang beragam, kepemimpinan kepala sekolah cenderung bersifat situasional. Kepala sekolah perlu membaca situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya sehingga berjalan secara efektif. Kepala sekolah perlu juga memperhatikan faktor kondisi, waktu dan ruang untuk menentukan gaya kepemimpinan yang tepat, karena gaya kepemimpinan di suatu sekolah mungkin berbeda dengan di sekolah lain.

Sejalan dengan uraian di atas, maka kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan perlu berupaya mengelola sekolah sebaik mungkin agar terwujud iklim organisasi yang kondusif, sehingga pada akhirnya berdampak positif kepada kinerja guru.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah dalam hubungannya dengan kinerja guru”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan terdahulu, maka dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini :

1. Bagaimanakah peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran ?

2. Bagaimanakah peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru ?

3. Bagaimanakah peranan kepala sekolah yang kondusif ?

4. Bagaimanakah peranan kinerja guru dalam keberhasilan proses pembelajaran?

5. Apakah kepemimpinan kepala sekolah memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja guru ?

6. Seberapa besar kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah memberikan kontribusi terhadap kinerja guru ?

7. Apakah iklim organisasi sekolah memberikan kontribusi terhadap kinerja guru ?

8. Iklim organisasi yang bagaimana yang bisa membangkitkan kinerja guru ?

9. Bagaimana cara membentuk iklim organisasi yang kondusif, yang diinginkan oleh semua komponen organisasi ?

10. Mampukah kepemimpinan kepala sekolah menciptakan iklim organisasi yang diharapkan ?

11. Kemampuan khusus apakah yang harus dimiliki seorang pemimpin, kepala sekolah, untuk menciptakan kondisi seperti itu ?

C. Pembatasan Masalah

Sebagaimana diuraikan terdahulu, bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor , baik yang bersifat internal maupun eksternal (instrumental input dan environmental input), namun pada penelitian ini dibatasi pada masalah hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah dengan kinerja guru.

Kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah juga merupakan variabel yang turut serta mempengaruhi kinerja guru, karena kepemimpinan kepala sekolah dengan berbagai fungsinya yang kompleks akan memberikan arah dan warna tersendiri terhadap iklim organisasi sekolah.

Dengan kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dan iklim organisasi sekolah yang baik, yaitu iklim yang mendukung berjalannya organisasi sekolah dengan baik, maka diharapkan meningkatnya kinerja guru.

Dengan uraian di atas, maka penelitian tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah, serta hubungannya dengan kinerja guru penting dilakukan dalam rangka membantu peningkatan mutu pendidikan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah iklim organisasi yang baik yang dapat menunjang terhadap kinerja guru ?

2. Apakah terdapat hubungan antara iklim organisasi sekolah dengan kinerja guru ?

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi para kepala sekolah atau pengelola pendidikan dalam melaksanakan tugas serta upaya meningkatkan kinerja dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan. Selain itu diharapkan pula dapat menambah ilmu pengetahuan, khususnya masalah kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi sekolah serta hubungannya denagn kinerja guru.

Selanjutnya diharapkan menjadi bahan masukan bagi para kepala sekolah beserta guru-guru dalam rangka menciptakan iklim organisasi sekolah yang kondusif, sehingga terciptanya kinerja yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan.

Selain itu kegunaan penelitian ini dapat memberikan gambaran yang nyata akan kepemimpinan seorang kepala sekolah dengan segenap kelebihan dan kekurangannya dalam memimpin sebuah organisasi ; gambaran iklim organisasi yang ada sebagai suatu kajian dan pembandingan dengan situasi dan keadaan yang lain yang ada di organisasi yang lain ; dan bagaimana sesungguhnya kinerja guru yang diharapkan guna meningkatkan mutu pendidikan. dari gambaran tersebut bisa dijadikan acuan yang riil dalam upaya mencapai sutu tujuan yang diharapkan dalam suatu organisasi.


[1] GBHN, TAP Nomor : II/MPR/1993

[2] Wardiman Djojonegoro, 1995, Visi dan Strategi Pembangunan Pendidikan untuk Tahun 2020 Tuntutan terhadap Kualitas, Bandung : Mimbar Pendidikan IKIP Bandung.

[3] UNESCO, 1995.

[4] Wardiman Djojonegoro, 1995, Visi dan Strategi Pembangunan Pendidikan untuk Tahun 2020 Tuntutan terhadap Kualitas, Bandung : Mimbar Pendidikan IKIP Bandung.

[5] Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, 2002. Pedoman Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Jawa Barat. Bandung.h.37

[6] Sanusi, 1990. Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan.PPS IKIP Bbandung.h.118.

[7] Soebagioatmodiwiryo, 2000.Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta : PT. Ardadizya-Jaya, h.145.

[8] Miftah Thoha, 1999. Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan Prilaku.Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, h.77

[9] William B. Castetter, 1981. The Personnel Function In Educational Administration. New York : Mac Milan Publishing Co,h.23

[10] Kartini Kartono, 1998.Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : PT. Grafindo Persada.h.12

4 pemikiran pada “Bab 1- Pendahuluan

  1. its good idea you share other your knowledge and info i appreciate what u’ve done as head master u’re 1 of i find in blogger can give many info that very useful for other educator espeacially for me thansk

  2. Ping balik: Masalah yang Dihadapi Indonesia dalam Persiapan ASEAN Economics Community 2015 | peripelangi

Tinggalkan komentar