PTK Satu

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wa syukurillah penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Alloh SWT karena berkat rakhmat-Nyalah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian berjudul : Efektifitas Pembelajaran Sejarah Melalui Metode Out Door Study Dalam Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa.

Penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai minat belajar siswa dalam proses pembelajaran Sejarah di SMA KOGORO Kuningan yang dilakukan tidak di dalam kelas tapi dilakukan di luar kelas dengan mengunjungi Situs Sejarah.

Selama penelitian, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Oco Sukrawan, SPd. Sebagai penanggung jawab Situs Cipari di Desa/Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan

2. Bapak Yaya Sunarya, SPd. Yang telah membantu pengkondisian siswa sehingga kegiatan penelitian dapat dilaksanakan dengan lancar

3. Siswa Kelas X SMA Kosgoro Kuningan

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan balasan yang setimpal serta memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut di atas. Penelitian ini tentu saja masih jauh dari sempurna, sehingga penulis dengan senang hati menerima kritik demi perbaikan. Kepada peneliti lain mungkin masih bisa mengembangkan hasil penelitian ini pada ruang lingkup yang lebih luas dan analisis yang lebih tajam. Akhirnya semoga penelitian ini ada manfaatnya.

Kuningan, September 2007

DAFTAR ISI

hal

Lembar Pengesahan ……………………………………………………………………….

Kata Pengantar ……………………………………………………………………………..

ii

Daftar Isi ……………………………………………………………………………………..

iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………

1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………….

2

C. Tujuan dan Manfaat ………………………………………………….

2

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Minat Belajar Siswa ………………………………………………….

3

B. Tujuan Pendidikan dan Pembelajaran …………………………

4

C. Pembelajaran Berbasis Kompetensi ……………………………

7

D. Sumber Bahan Pembelajaran ……………………………………..

9

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian ……………………………………………………..

12

B. Prosedur Penelitian …………………………………………………..

12

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Siklus 1 …………………………………………………………………..

16

B. Siklus 2 …………………………………………………………………..

17

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……………………………………………………………..

19

B. Saran ………………………………………………………………………

19

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………

20

LAMPIRAN ………………………………………………………………………………..

21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum pendidikan di Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan. Mulai dari Kurikulum 1994 yang menuai banyak kritik lantaran beban belajar siswa terlalu berat karena adanya muatan nasional dan muatan lokal. Oleh karena itu, dibuatlah Suplemen Kurikulum 1999. Walaupun demikian, dunia pendidikan terus berkembang sehingga penyempurnaan pendidikan di Indonesia terus dilakukan demi tercapainya peningkatan mutu sebagaimana banyak dikeluhkan banyak pihak. Oleh karena itu saat ini terdapat beberapa landasan peraturan yang dijadikan pedoman, yaitu :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi;

4. Peraturan Menteri Pedidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan;

5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan Permen no. 22 dan Permen no. 23

Tahun 2004, kurikulum pendidikan Indonesia disempurnakan lagi menjadi kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Perpindahan kurikulum dari Kurikulum 1994 menjadi KBK mengharuskan siswa mencapai standar kompetensi tertentu yang sudah ditetapkan. Untuk mencapai standar kompetensi tersebut, siswa dituntut untuk aktif menggali ilmu pengetahuan dari berbagai macam sumber ilmu, tidak hanya dari guru saja.

Pada tahun 2006 pemerintah menerapkan kurikulum baru yang bernama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada KTSP, guru diberi kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini mengharuskan para siswa dan guru untuk mendapatkan sumber informasi sebanyak-banyaknya. Sayangnya, sumber ilmu pengetahuan yang para guru dan siswa miliki untuk menunjang proses pembelajarannya relatif sedikit. Buku-buku teks pelajaran yang dimiliki oleh sekolah jumlahnya pun terbatas.

Hal ini sudah tentu akan menimbulkan keterbatasan wawasan yang diterima siswa dan kurang termotivasinya guru untuk menambah kemampuannya berdasarkan keadaan yang semakin maju. Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah-masalah yang dihadapi di sekolah diantaranya :

  1. Kurang luasnya wawasan pengetahuan siswa yang diterima di sekolah, sebatas buku-buku paket yang ada.
  2. Kurangnya motivasi dan kreatifitas siswa untuk mencari atau menambah wawasan dari literatur-literatur yang lain.
  3. Keterbatasan pengetahuan guru karena selalu berpedoman pada buku-buku paket.
  4. Kurangnya motivasi guru untuk mencari atau menambah wawasan dari literatur literatur yang lain.

B. Rumusan Masalah

Dari sejumlah masalah yang kerap ditemui dalam upayan mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran, dalam penelitian ini penulis akan mencoba mengadakan penelitian khusus untuk menjawab mengenai persoalan sebagai berikut:

1. Apakah metode Out Door Study dapat meningkatkan minat siswa belajar sejarah?

2. Apakah dengan metode Out Door Study dapat meningkatkan hasil belajar siswa belajar sejarah?

C. Tujuan dan Manfaat

Penulisan karya tulis ini memiliki beberapa tujuan, yaitu :

1. Ingin memperkenalkan Situs Sejarah yang ada di Desa/Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan

2. Dapat menumbuhkan minat belajar sejarah

3. Dapat meningkatkan hasil belajar sejarah

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Minat Belajar Siswa

Minat adalah variabel penting yang berpengaruh terhadap tercapainya prestasi atau cita-cita yang diharapkan seperti yang dikemukakan Effendi (1995) bahwa belajar dengan minat akan lebih baik dari pada belajar tanpa minat.

Rendahnya minat belajar siswa di SMA KOSGORO Kuningan terhadap mata pelajaran Sejarah selama ini menandakan bahwa pembelajaran Sejarah kurang menarik. Hal ini terbukti dari setiap hasil analisis pada setiap ulangan harian daya serap siswa di bawah 65% (tidak tuntas).

Berbagai upaya telah dilakukan untuk dapat meningkatkan minat serta prestasi belajar siswa, antara lain dengan pemberian pelajaran tambahan, penyediaan LKS yang dilengkapi dengan sejumlah soal-soal latihan, tetapi hasilnya masih belum memuaskan.

Dari kenyataan tersebut dapat diduga penyebab mengapa prestasi belajar siswa rendah pada setiap ulangan Sejarah, antara lain:

Siswa kurang memahami konsep pengajaran Sejarah. Jam pelajaran Sejarah berada pada jam terakhir. Siswa kurang termotivasi menyelesaikan tugas-tugas di rumah. Minat baca siswa terhadap buku teks Sejarah rendah. Siswa jarang berani bertanya pada saat proses belajar mengajar.

Dari sejumlah permasalahan tersebut di atas sebenarnya ada satu masalah utama yang perlu mendapat perhatian, yaitu yang berkaitan dengan minat siswa pada pelajaran Sejarah. Sebagian besar siswa kurang berminat dalam belajar Sejarah disebabkan guru yang masih menggunakan metode ceramah sehingga materi yang diajarkan menjadi verbal/hafalan. Kita menyadari bahwa salah satu kelemahan metode ceramah jika diterapkan secara murni adalah tidak melibatkan anak didik secara aktif dalam proses pembelajaran akibatnya materi tersebut menjadi kurang menarik.

Upaya yang diperkirakan dapat meningkatkan minat siswa pada pelajaran Sejarah adalah dengan menerapkan metode out door study atau metode di luar ruangan kelas dengan mengunjungi situs sejarah. Karjawati (1995) menyatakan bahwa metode out door study adalah metode dimana guru mengajak siswa belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan untuk mengakrabkan siswa dengan lingkungannya. Melalui metode out door study lingkungan diluar sekolah dapat digunakan sebagai sumber belajar. Peran guru disini adalah sebagai motivator, artinya guru sebagai pemandu agar siswa belajar secara aktif, kreatif dan akrab dengan lingkungaan. Metode out door study pada pengajaran Sejarah menjadi sarana memupuk kreatifitas inisiatif kemandirian, kerjasama atau gotong royong dan meningkatkan minat pada Sejarah. (Nursid Sumaatmadja, 1996). Dengan demikian diharapkan metode out door study dalam pengajaran Sejarah dapat meningkatkan minat belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui etektifitas metode out door study dalam meningkatkan minat belajar siswa kelas X SMA KOSGORO Kuningan dalam mata pelajaran Sejarah.

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan bermanfaat, bagi guru sebagai bahan masukan tentang penggunaan metode out door study dalam pembelajaran Sejarah dalam rangka menumbuhkan minat belajar siswa, sedangkan untuk siswa diharapkan dapat menumbuhkan minat dan pemahaman siswa terhadap materi Sejarah.

B. Tujuan Pendidikan dan Pembelajaran

1. Tujuan Pendidikan Nasional

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2. Tujuan Pendidikan Menengah

Tujuan Pendidikan Menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan, untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

3. Tujuan Pembelajaran Sejarah

Ā· Sejarah Kelas X

1. Memahami ruang lingkup ilmu sejarah

2. Menggunakan prinsip-prinsip dasar penelitian sejarah

3. Menganalisis masa pra-aksara dan masyarakat aksara pada masyrakat Indonesia

4. Menganalisis kehidupan awal masyarakat di Indonesia meliputi peradaban awal, asal-usul dan persebaran manusia di wilayah nusantara/Indonesia

Ā· Sejarah Kelas Program IPA

1. Menganalisis perkembangan masa negara-negara tradisional yang meliputi masa Hindu-Buddha, Islam di Indonesia

2. Membandingkan perkembangan masyarakat Indonesia masa penjajahan Hindia-Belanda dan Pemerintahan Pendudukan Jepang

3. Menganalisis proses kelahiran dan pertumbuhan nasionalisme di Indonesia

4. Merenkonstruksi perkembangan masyarakat Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan sampai dengan periode Demokrasi terpimpin

5. Merekonstruksi pergantian pemerintahan masa awal kemerdekaan (1945-1955), Demokrasi terpimpin (1955-1967), ke masa pemerintahan Orde Baru (1967-1998) sampai periode Reforrmasi (sejak 1998 s/d sekarang)

6. Merekonstruksi perkembangan masyarakat pada masa Orde Baru

7. Menganalisis perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesudah Perang Dunia II sampai dengan pertumbuhan teknologi mutahir

Ā· Sejarah Kelas Program IPS

1. Menganalisis kehidupan awal, peradaban manusia Indonesia dan bangsa-bangsa lain di dunia, serta asal usul dan persebaran manusia di Indonesia

2. Menganalisis perkembangan bangsa Indonesia pada masa Negara tradisional, meliputi perkembangan budaya, agama, dan sistem pemerintahan masa Hindu-Buddha, masa Islam, proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia

3. Menganalisis kesejarahan masa kolonial Hindia Belanda (pengaruh Barat) meliputi perubahan ekonomi, demografi, sosial, serta politik dan masa kolonial Jepang yang meliputi perubahan sosial-ekonomi, politik

4. Menganalisis pengaruh berbagai revolusi politik dan sosial di dunia (Revolusi Perancis, revolusi Amarika, revolusi Rusia) terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia

5. Menganalisis peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945, terbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan lahirnya Undang-Undang Dasar 1945

6. Menganalisis perkembangan masyarakat Indonesia mulai masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha, kerajaan-kerajaan Islam, permerintahan colonial Belanda, Inggris, Pemerintahan Pendudukan Jepang, meliputi politik (lahirnya gerakan pendidikan dan nasionalisme), cita-cita terbentuknya Negara merdeka dan sebagainya

7. Menganalisis perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan dan persatuan NKRI darii ancaman disintegrasi bangsa, antara lain Peristiwa Madiun 1948, Pemnerontakan DI/TII, Peristiwa PERMESTA, Peristiwa Andi Azis, RMS, PRRI, dan Gerakan G-30-S/PKI

8. Menganalisis perkembangan masyarakat Indonesia sejak Proklamasi sampai dengan masa Orde Baru, dan masa Reformasi, meliputi Masa Pemerintahan Demokrasi Terpimpin (Orde baru, 1945-1967), masa Demokrasi Pancasila (Orde Baru, 1967-1998), dan masa peralihan ke masa Reformasi(1998 ā€“sekarang)

Ā· Sejarah Kelas Program Bahasa

1. Menganalisis kehidupan masyarakat Indonesia periode kerajaan-kerajaan tradisional, yang meliputi masa kerajaan Hindu-Buddha dan Islam

2. Menganalisis perkembangan bahasa dan karya sastra masa kebudayaan Hindu-Buddha dan Islam

3. Menganalisis perkembangan masyarakat dan bahasa, karya sastra masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda

4. Menganalisis proses kelahiran dan perkembangan nasionalisme Indonesia

5. Merekonstruksi perkembangan masyarakat Indonesia periode Proklamasi (1945-1955), Orde Lama (1955-1967), Orde Baru (1967-1998), dan Reformasi (1998 -) mreliputi perkembangan politik, ekonomi, sosial, bidang budaya, bahasa, dan karya sastra

C. Pembelajaran Berbasis Kompetensi

Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.

Prinsip pembelajaran berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:

a. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya.

b. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD dan SK tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan.

c. Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan individual setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu memberikan layanan individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta didiknya.

d. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) sehingga mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik yang belum tuntas diberikan layanan remedial, sedangkan yang sudah tuntas diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada kompetensi berikutnya.

e. Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, sehingga peserta didik menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan.

f. Pembelajaran dilakukan dengan multi strategi dan multimedia sehingga memberikan pengalaman belajar beragam bagi peserta didik.

g. Peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan narasumber

Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal.

Tujuh konsep utama pembelajaran kontekstual, yaitu:

a. Constructivisme

Ā§ Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimiliki

Ā§ Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya

Ā§ Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengonstruksi pengetahu-an, bukan menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui peserta didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan (konsep, prinsip) baru, menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik mencari strategi belajar yang efektif agar mencapai kompetensi dan memberikan kepuasan atas penemuannya itu.

b. Inquiry

Ā§ Siklus inkuiri: observasi dimulai dengan bertanya, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, dan menarik simpulan.

Ā§ Langkah-langkah inkuiri dengan merumuskan masalah, melakukan observasi, analisis data, kemudian mengomunikasikan hasilnya

c. Questioning

Ā§ Berguna bagi guru untuk: mendorong, membimbing dan menilai peserta didik; menggali informasi tentang pemahaman, perhatian, dan pengetahuan peserta didik.

Ā§ Berguna bagi peserta didik sebagai salah satu teknik dan strategi belajar.

d. Learning Community

Ā§ Dilakukan melalui pembelajaran kolaboratif

Ā§ Belajar dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga kemampuan sosial dan komunikasi berkembang

e. Modelling

Ā§ Berguna sebagai contoh yang baik yang dapat ditiru oleh peserta didik seperti cara menggali informasi, demonstrasi, dan lain-lain.

Ā§ Pemodelan dilakukan oleh guru (sebagai teladan), peserta didik, dan tokoh lain.

f. Reflection

Ā§ Tentang cara berpikir apa yang baru dipelajari

Ā§ Respon terhadap kejadian, aktivitas/pengetahuan yang baru

Ā§ Hasil konstruksi pengetahuan yang baru

Ā§ Bentuknya dapat berupa kesan, catatan atau hasil karya

g. Autentic Assesment

Ā§ Menilai sikap, pengetahuan, dan ketrampilan

Ā§ Berlangsung selama proses secara terintegrasi

Ā§ Dilakukan melalui berbagai cara (test dan non-test)

Ā§ Alternative bentuk: kinerja, observasi, portofolio, dan/atau jurnal

D. Sumber Bahan Pembelajaran

Sumber bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya. Misalnya, siswa ditugasi untuk mencari koran, majalah, hasil penelitian, dsb. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini:

  1. Buku teks

Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit dapat dipilih untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Buku teks yang digunakan sebagai sumber bahan ajar untuk suatu jenis matapelajaran tidak harus hanya satu jenis, apa lagi hanya berasal dari satu pengarang atau penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas.

  1. Laporan hasil penelitian

Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual atau mutakhir.

  1. Jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah)

Penerbitan berkala yang berisikan hasil penelitian atau hasil pemikiran sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya.

4. Pakar bidang studi

Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar. Pakar tadi dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb.

  1. Profesional

Kalangan professional adalah orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan. Sehubungan dengan itu bahan ajar yang berkenaan dengan eknomi dan keuangan dapat ditanyakan pada orang-orang yang bekerja di perbankan.

  1. Buku kurikulum

Buku kurikulm penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokok-pokok materi. Gurulah yang harus menjabarkan materi pokok menjadi bahan ajar yang terperinci.

  1. Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan.

Penerbitan berkala seperti Koran banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu matapelajaran. Penyajian dalam koran-koran atau mingguan menggunakan bahasa popular yang mudah dipahami. Karena itu baik sekali apa bila penerbitan tersebut digunakan sebagai sumber bahan ajar.

  1. Internet

Bahan ajar dapat pula diperoleh melalui jaringan internet. Di internet kita dapat memperoleh segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi.

  1. Media audiovisual (TV, Video, VCD, kaset audio)

Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui siaran televisi.

  1. Lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi)

Berbagai lingkungan seperti lingkungan alam, lingkungan social, lengkungan seni budaya, teknik, industri, dan lingkungan ekonomi dapat digunakan sebgai sumber bahan ajar. Untuk mempelajari abrasi atau penggerusan pantai, jenis pasir, gelombang pasang misalnya kita dapat menggunakan lingkungan alam berupa pantai sebagau sumber.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA KOSGORO Kuningan, pada pertengahan bulan Agustus 2007 pada mata pelajaran Sejarah khususnya kelas X. Dalam penelitian tindakan kelas ini instrument yang digunakan adalah observasi/pengamatan untuk guru, angket dan catatan lapangan, lembar observasi digunakan oleh kolaborator untuk mengamati siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran. Angket diberikan kepada siswa setelah penelitian tindakan pada sikius I dan sikius II untuk mengukur minat siswa terhadap pelajaran Sejarah. Sedangkan catatan lapangan dilaksanakan pada saat pembelajaran sedang berlangsung dengan harapan dapat memperoleh beberapa temuan/data tentang kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.

Pada penelitiaan tindakan ini menggunakan 2 (dua) siklus yang masing-masing siklus terdiri 2 kali pertemuan. Tiap pertemuan waktunya 2 x 45 menit. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu dan penelitian ini menyesuaikan dengan pokok bahasan yang ada di kelas X. Masing-masing siklus dilaksanakan dengan dilengkapi instrumen/alat observasi. Siklus pertama dirancang dengan dasar refleksi awal, selanjutnya siklus kedua didasarkan atas refleksi siklus pertama.

B. Prosedur Penelitian

1. Siklus Pertama

Guru sudah menentukan lokasi di luar kelas untuk melaksanakan penelitian yang tidak jauh dari sekolah, dalam hal ini adalah Situs Peninggalan Sejarah Kemudian guru sudah membagi 8 kelompok, yang masing-masing kelompok anggotanya 5 siswa.

Guru membuat panduan belajar siswa pada waktu belajar diluar kelas yang nantinya dibagikan pada masing-masing kelompok.

Guru sudah menetapkan tema/materi pembelajaran. Pertemuan 1 adalah Jaman Pra Sejarah Indonesia, pertemuan 2 adalah Jenis-jenis Peralatan Jaman Pra Sejarah Indonesia.

Kegiatan awal:

Ā· Guru mengajak siswa ke lokasi di luar kelas.

Ā· Guru mengajak siswa untuk berkumpul menurut kelompoknya.

Ā· Guru memberi salam.

Ā· Guru memberi motivasi pada siswa tentang pentingnya situs sejarah sebagai sumber belajar.

Ā· Guru memberikan panduan belajar kepada masing-masing kelompok

Ā· Guru memberikan penjelasan cara kerja kelompok

Kegiatan inti:

Ā· Masing-masing kelompok berpencar pada lokasi untuk melakukan pengamatan dan diberi waktu Ā± 25 menit.

Ā· Guru membimbing siswa selama pengamatan di lapangan.

Ā· Selesai pengamatan siswa di suruh berkumpul kembali untuk mendiskusikan hasil pengamatannya.

Ā· Guru memandu diskusi dan siswa di beri kesempatan memberi tanggapan waktunya Ā± 25 menit.

Kegiatan akhir:

Ā· Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/ kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran.

Ā· Guru memberikan kesimpulan bersama siswa.

Refleksi;

Refleksi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan tindakan dan hasil kerja siswa pada siklus I, maka perlu adanya perbaikan-perbaikan diantaranya dalam pengelompokan siswa, lokasi yang kurang sesuai, keterbatasan waktu (karena banyak waktu yang terbuang), dan konsentrasi/perhatian siswa mudah berubah.

2. Siklus Kedua

Perencanaan tindakan pada siklus kedua dilakukan dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I, antara lain:

Ā· Menentukan lokasi yang lebih tepat/sesuai dengan tema.

Ā· Membuat panduan belajar siswa yang mudah dipahami oleh siswa.

Ā· Menyiapkan waktu yang tepat agar tidak banyak waktu yang terbuang.

Ā· Menyiapkan pengeras suara (misal megaphone) untuk lebih memusatkan konsentrasi siswa.

Ā· Kelompok siswa disusun secara variatif agar merata antara kemampuan masing-masing siswa.

Ā· Menetapkan pokok bahasan/tema yang lebih menarik. Pertemuan 3 mengenai Tanah, perternuan 4 mengenai Batuan.

Kegiatan awal :

Ā· Guru langsung mengajak siswa ke lokasi.

Ā· Guru meminta siswa berkumpul sesuai kelompoknya.

Ā· Guru membuka pelajaran dan memberi salam.

Ā· Guru memberi motivasi yang lebih meningkatkan antusias siswa.

Kegiatan inti :

Ā· Masing-masing kelompok berpencar pada lokasi yang sudah ditentukan dan diberi waktu Ā± 25 menit.

Ā· Guru membimbing siswa selama pengamatan.

Ā· Selesai waktu yang sudah ditentukan guru mengajak siswa berkumpul kembali untuk diskusi hasil pengamatannya.

Ā· Guru memandu diskusi dan siswa diberi kesempatan memberi tanggapan waktu yang disediakan Ā± 25 menit.

Kegiatan akhir:

Ā· Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran.

Ā· Guru memberikan kesimpulan bersama siswa.

Kegiatan pengamatan/observasi Dalam siklus kedua ini tampak beberapa perubahan yang dialami siswa, yaitu semangat, pemahaman siswa terhadap pelajaran, keberanian siswa mengemukakan pendapat dan kreatifitas/keaktifan siswa mengalami peningkatan semangat siswa yang semula 95% menjadi 97,5%; pemahaman siswa yang semula 80% menjadi 97,5%, keberanian berpendapat yang semula 80% menjadi 87,5%, dan keaktifan siswa yang semula 77,5% menjadi 87,5%.

Refleksi

Dalam siklus ke 2 ini ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, yaitu kerja kelompok cenderung anak tertentu saja yang bekerja, konsentrasi siswa mudah sekali beralih karena di luar kelas sering kali banyak gangguan misalnya suara bising, orang yang hilir mudik, cuaca di luar kelas yang tidak menentu misalnya hujan atau angin dan lain-lain. Hal tersebut menuntut kepandaian guru untuk menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan,

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Berikut adalah hasil dari pengamatan yang peneliti lakukan yaitu mengenai keaktifan pembelajaran dan penambahan wawasan siswa dan guru

  1. Siklus pertama

Ā· Untuk siswa kelas X-1 yang memiliki jumlah siswa 40 orang. Dari seluruh siswa setelah mengikuti pembelajaran menunjukkan seluruh siswa begitu antusias dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Ini menunjukkan presentase yang maksimal kebergairahan, kesenangan dalam belajar bisa diperoleh dengan pembelajaran ini. Langkah ini mengindikasikan bahwa siswa senang belajar dengan model pembelajaran ini.

Sementara penambahan wawasan yang diterima siswa dari hasil angket menunjukkan pada siklus pertama ini 31 orang atau sekitar 77,5% merasakannya dan menyatakan adanya peningkatan minat dalam proses pembelajaran sejarah dan sisanya 22,5 % merasa sudah cukup.

Ā· Untuk siswa kelas X-1 yang berjumlah 40 siswa. Sama halnya dengan siswa kelas X-1 ini minat dalam pembelajaran menunjukkan presentasi maksimal. Sementara penambahan wawasan yang diterima siswa 33 orang atau 82,5% merasakannya dan menyatakan adanya pengembangan minat dalam menyampaikan/menjelaskan pendapatnya tentang materi pembelajaran dan sisanya 17,5 % merasa cukup.

Ā· Untuk siswa kelas X-3 yang berjumlah 41 siswa. Minat dalam pembelajaran menunjukkan presentasi maksimal. Penambahan wawasan yang diterima siswa 35 orang atau 85,3% merasakannya dan menyatakan adanya pengembangan minat dalam menyampaikan/menjelaskan pendapatnya tentang materi pembelajaran dan sisanya 14,7 % merasa cukup.

  1. Siklus Kedua

Pada siklus ke dua di ketiga kelas menampakan minat siswa masih menunjukkan presentasi maksimal.

Ā· Untuk siswa kelas X-1 penambahan wawasan yang diterima siswa dari hasil angket menunjukkan 39 orang atau sekitar 97,5% merasakannya dan menyatakan adanya pengembangan minat dalam menyampaikan/ menjelaskan pendapatnya tentang materi pembelajaran dan sisanya 2,5 % merasa sudah cukup.

Ā· Untuk siswa kelas X-2 penambahan wawasan yang diterima siswa 37 orang atau 92,5% merasakannya dan menyatakan adanya pengembangan kreatifitas dalam menyampaikan / menjelaskan pendapatnya tentang materi pembelajaran dan sisanya 7,5 % merasa cukup.

Ā· Untuk siswa kelas X-3 penambahan wawasan yang diterima siswa 38 orang atau 92,6% merasakannya dan menyatakan adanya pengembangan kreatifitas dalam menyampaikan/menjelaskan pendapatnya tentang materi pembelajaran dan sisanya 7,4 % merasa cukup.

Pada siklus kedua wawasan yang diperoleh guru menunjukkan adanya peningkatan yang lebih dari siklus pertama dengan diterimanya komentar-komentar dan penjelasan penjelasan dari siswa yang lebih luas sesuai dengan kreatifitas masing-masing Siswa semakin kreatif dalam mencari dan menambahkan referensi lain dalam blognya.

Digambarkan dalam bentuk tabel dan grafik mengenai penambahan wawasan dan peningkatan kreativitas siswa

Tabel 3

Kelas

Siklus 1

Siklus 2

X-1

77,5%

97,5%

X-2

82,5%

92,5%

X-3

85,3%

92,6%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat siswa menunjukkan peningkatan, sementara penambahan wawasan siswa melalui proses pembelajaran dengan metode out door adalah memuaskan. Media pembelajaran ini membuat suasana pembelajaran menyenangkan bagi siswa. Sehingga akan mempengaruhi peningkatan kemampuan terahadap materi yang diajarkan guru.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Metode out door study berhasil meningkatkan minat belajar siswa kelas 2 pada materi pelajaran Sejarah. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan dalam 2 sikius, antara lain:

a. Metode out door study menjadikan siswa lebih bersemangat dalam belajar, lebih berkonsentrasi pada materi, membuat daya pikir siswa lebih berkembang, suasana belajar lebih nyaman, siswa lebih dapat memahami materi pelajaran, siswa lebih berani mengemukakan pendapat dan membuat siswa lebih aktif.

b. Metode out door study lebih efisien dan etektif jika diterapkan dengan baik, terutama pada mata pelajaran georgafi yang ruang lingkup pengajarannya berupa alam lingkungan yang menjadi ciri khasnya.

B. Saran

a. Guru Sejarah dapat menerapkan metode out door study melalui karyawisata ke tempat-tempat tertentu dengan harapan minat siswa terhadap pelajaran Sejarah semakin meningkat.

b. Kepala sekolah hendaknya lebih banyak memberikan motivasi kepada guru mata pelajaran yang lain selain Sejarah agar dapat menerapkan metode out door study dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi. 1995. Filsafat Komunikasi. Bandung; Remaja. Rosdakarya.

Karjawati, 1995. Hubungan antara penggunaan metode mengajar, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dan pengataman mengajar guru dengan tingkat motivasi beiajar Sejarah siswa SMA Negeri di Kotamadya Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang. Program Sarjana IKIP Malang.

Sumaatmadja, N. 1997. Metodologi pengajaran Sejarah. Bandung. Bina Aksara

Walgito, B. 1981. Bimbingan penyuluhan di sekolah. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

The Liang Gie. 1985. Cora Belajar efisien. Yogyakarta: UGM Press.

Syaifullah. M. 1995. Motivasi belajar pembelajaran dan upaya-upaya peningkatannya. Malang: IKIP Malang.

Format Penilaian Portopolio

Pembelajaran 1

ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦

Kelas : ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦..ā€¦ā€¦ Guru Matpel. : ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦

No

Nama Siswa

Nilai

Kuantitatif

Kualitatif

RT

1

2

rt

1

2

rt

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Dst

Keterangan :

Kuantitatif :

1. Mampu menjawab pertanyaan dengan benar saat tanya jawab

2. Mampu menemukan sesuai tugas hasil diskusi kelompok

Kualitatif :

1. Berani mengemukakan pendapat

2. Aktif dalam kerja kelompok

Kriteria Penilaian :

Kriteria Indikator

Nilai Kualitatif

Nilai Kuantitatif

80-100

Memuaskan

4

70-79

Baik

3

60-69

Cukup

2

45-59

Kurang cukup

1

Tinggalkan komentar