KT Satu

ABSTRAK

Karya Tulis dengan judul “MEMBANGUN BUDAYA MUTU MELALUI OPTIMALISASI PEMANFAATAN SARANA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKSI DI SMA KOSGORO KUNINGAN” merupakan sebuah karya tulis sebagai bagian jawaban dari tantangan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia pada saat ini. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia merupakan sebuah keprihatinan sekaligus juga sebuah tantangan yang harus dijawab oleh semua pihak. Tanpa itu, maka mutu sumber daya manusia sebagai prodak pendidikan tidak akan meningkat pula. Akibatnya maka selamanya Indonesia tidak akan mampu bersaing dengan negara-negara yang telah lebih dulu memiliki sumber daya manusia yang bermutu.

Oleh karena itu, salah satu upaya SMA KOSGORO KUNINGAN yang pada saat ini sedang dikembangkan adalah mengupayakan pemanfaatan sarana Teknologi Informasi dan Komunikasi secara optimal. Dengan harapan seluruh guru dapat memanfaatkannya dalam proses pembelajaran sehingga aktifitas pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, ada 4 (empat) langkah yang diambil, yaitu : Pertama, pengadaan sarana yang memadai; Kedua, menanamkan pengertian kepada seluruh guru tentang pentingnya penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi; Ketiga, menciptakan kader (guru) yang nampak memiliki motivasi lebih dari yang lain; Keempat, menciptakan sistem/program untuk mendorong guru selalu berhubungan dengan komputer.

Semoga saja karya tulis ini dapat memberikan kontribusi dalam upaya meningkat mutu pendidikan di Indonesia, khususnya di SMA KOSGORO KUNINGAN.

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji syukur kekhadirat illahi robbi karena atas ridho dan rakhmat-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini sebagai salah sayarat mengikuti Pemilihan Kepala Sekolah Berprestasi Tahun 2008.

Kaya tulis ini berjudul : “Membangun Budaya Mutu Melalui Optimalisasi Pemanfaatan Sarana Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMA KOSGORO Kuningan”.

Pada karya tulis ini menyajikan sebuah informasi tentang proses menumbuh kembangkan keterampilan guru dalam hal penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru dalam kerangka membangun budaya mutu di SMA KOSGORO Kuningan.

Kepada semua pihak yang senantiasa memberikan dorongan motivasi kepada penulis untuk mengikuti Pemilihan Kepala Sekolah Berprestasi Tahun 2008, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga amal baiknya dibalas kebaikan oleh Alloh SWT.

Semoga Karya Tulis ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi praktisi pendidikan demi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

Kuningan, Mei 2008

**

DAFTAR ISI

ABSTRAK

LEMBAR PENGESAHAN

Kata Pengantar Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Permasalahan Strategi

C. Pemacahan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah

B. Hasil atau dampak yang dicapai dari strategi yang dilih

C. Kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan strategi Yang dipilih

D. Faktor Pendukung

E. Alternatif Pengembangan

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

B. Rekomendasi

Daftar Kepustakaan

Lampira-lampiran

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Satu diantara sejumlah persoalan yang dihadapi negeri ini adalah masih rendahnya kualitas sumber daya manusia. Sementara kemampuan sebuah negara dapat memenangkan persaingan dengan negara lain diera globalisasi dewasa ini, sangat ditentukan oleh tingkat kualitas bangsanya. Itulah penyebab mengapa sampai saat ini Indonesia masih belum mampu mengimbangi pesatnya perkembangan negara-negara tetangga yang telah lebih dulu maju seperti Jepang, Korea atau Singapura.

Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia identik dengan membicarakan kualitas pendidikan. Prof. Dr. H. Mohamad Surya Ketua Umum PB PGRI pada kuliah umum kepada para mahasiswa Program pasca Sarjana dan PGSD di Aula Unit I Jl. PGRI I Kotak Pos 123 Sonosewu Bantul Yogyakarta pada12 Desember 2007 mengatakan “bahwa saat ini dunia pendidikan nasional Indonesia berada dalam situasi “kritis” baik dilihat dari sudut internal kepentingan pembangunan bangsa, maupun secara eksternal dalam kaitan dengan kompetisi antar bangsa. Fakta menunjukkan bahwa, kualitas pendidikan nasional masih rendah dan jauh ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain”.

Namun demikian, hal positif telah terjadi. Indonesia mulai membenahi tatanan sistem pendidikan nasional dengan diawali oleh dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301). Sesuai dengan amanat yang terkadung didalamnya, satu persatu menyusul kemudian dikeluarkan peraturan dengan berbagai pedoman pelaksanaannya serta pembenahan-pembenahan dalam berbagai hal menyangkut teknis pelaksanaannya.

Betapapun demikian, semua itu tidak akan ada artinya apabila ditingkat pelaksana yaitu para pelaku di lapangan tidak mampu melaksanakannya dengan baik atau malah akan lebih parah lagi apabila sudah tidak mau lagi melakukan perubahan-perubahan.

Dr. Zamroni dalam tulisannya “Paradigma Pendidikan Masa Depan” menyatakan bahwa kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar yang berlangsung di ruang-ruang kelas. Dalam proses belajar mengajar tersebut guru memegang peran yang penting. Guru adalah kreator proses belajar mengajar. la adalah orang yang akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam batas-batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten. Sekaligus guru akan berperan sebagai model bagi anak didik. Kebesaran jiwa, wawasan dan pengetahuan guru atas perkembaagan masyarakatnya akan mengantarkan para siswa untuk dapat berpikir melewati batas-batas kekinian, berpikir untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Oleh karena itu agar segera dapat terwujud hasil pendidikan yang berkualitas, berlaku untuk seluruh pelaku pendidikan terlebih bagi lembaga-lembaga pendidikan, harus dibangun dan terbentuk sebuah budaya mutu. Tentang hal inilah, dalam koridor ”School Based Managment”, SMA KOSGORO Kuningan mencoba memulainya untuk membangun sebuah komunitas yang senantiasa berorientasi pada peningkatan mutu melalui pemanfaatan sarana Teknologi Informasi dan Komunikasi secara optimal.

B. Permasalahan

Kondisi universal tentang mutu pendidikan di Indonesia sebagaimana diuraian di atas merupakan kelemahan kolektif dari seluruh lembaga pendidikan, mulai pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Oleh karena itu, SMA KOSGORO Kuningan yang merupakan bagian diantaranya, tidak dapat dipungkiri masih perlu dengan serius secara sistematis melakukan langkah-langkah dalam upaya peningkatan mutu guru, mutu program, mutu proses, mutu sarana prasarana dan lain-lain dengan harapan akan menghasilkan out put pendidikan yang bermutu pula.

Disadari pula bahwa permasalahan sekaligus tantangan yang harus dijawab oleh SMA KOSGORO Kuningan semakin kedepan akan semakin berat, sebab diera globalisasi ini telah berkembang dengan sangat pesat Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan ciri dimana arus informasi apapun dan dari manapun sudah tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu.

Sementara Teknologi Informasi dan Komunikasi ditingkat persekolahan baru diluncurkan bersamaan dengan diberlakukannya kurikulum baru tahun 2004 yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan saat ini menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sehingga persoalan Teknologi Informasi dan Komunikasi ditingkat persekolahan masih merupakan “Learning to use ICT” belum merupakan “Using ICTs to learn” . Hal ini mengandung pengertian bahwa “ICT” masih merupakan bagian yang dipelajari dan belum merupakan bagian integral dalam kegiatan keseharian guru disekolah. Dalam kaitan dengan “Learning to use ICT” menuju “Using ICTs to learn” inilah yang saat ini sedang dibangun di SMA KOSGORO Kuningan.

Dalam proses menuju wujud sekolah yang diharapkan sebagaimana disebutkan di atas, persoalan utama yang muncul adalah :

a. Bagaimana mengatasi rendahnya kemampuan mayoritas guru dalam hal Teknologi Informasi dan Komunikasi?

b. Bagaimana cara menumbuhkan motivasi guru agar mau belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi, khususnya tentang komputer dan internet?

c. Bagaimana mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam proses pembelajaran?

C. Strategi pemecahan masalah

Diawali oleh sebuah keyakinan tentang pentingnya pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam bidang pendidikan, maka akan tumbuh motivasi untuk mewujudkannya. Sehingga berbagai strategi yang dianggap paling baik dicoba digunakan demi tujuan yang dimaksud dapat dicapai.

Khusus tentang permasalahan diatas, paling sedikit ada 4 (empat) langkah yang diambil, yaitu :

Pertama, pengadaan sarana yang memadai.

Kedua, menanamkan pengertian kepada seluruh guru tentang pentingnya penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Ketiga, menciptakan kader (guru) yang nampak memiliki motivasi lebih dari yang lain.

Keempat, menciptakan sistem/program untuk mendorong guru selalu berhubungan dengan komputer.

**

BAB II

PEMBAHASAN

A. Alasan pemilihan strategi pemecahan masalah

1. Pengadaan sarana yang memadai.

Punya mobil dulu lalu belajar mengendarainya, atau bisa megendarai dulu baru punya mobil ? Pertanyaan ini sejenis dengan pertanyaan : Punya komputer dulu lalu belajar mengoperasikannya, atau bisa mengoperasikannya dulu baru punya komputer ? Setiap orang punya argumen yang mana yang dianggap lebih penting.

Tentang upaya SMA KOSGORO Kuningan menjadikan “Using ICTs to learn” telah menentukan langkah dengan pilihan menyediakan sarana terlebih dulu.

2. Menanamkan pengertian kepada seluruh guru tentang pentingnya penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Kepala Sekolah jangan pernah merasa bosan memberikan pengertian kepada semua guru tentang pentingnya penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kaitannya dengan proses pembelajaran modern. Pada setiap kesempatan, baik pada pertemuan formal maupun informal, Kepala Sekolah harus senantiasa menyisipkan tentang hal itu.

3. Menciptakan beberapa kader (guru) yang nampak memiliki motivasi lebih dari yang lain.

Seiring dengan perjalanan waktu, akan muncul sejumlah guru yang kelihatan memiliki kemauan yang berbeda dengan yang lain. Kepada guru seperti itu, kita berikan dorongan motivasi lajutan, seperti kebutuhan buku panduan, peralatan yang dibutuhkan, mengikuti diklat, penataran, dll.

4. Menciptakan sistem/program tertentu untuk mendorong guru bergelut dengan komputer.

Kelompok guru-guru yang telah memiliki keterampilan lebih (butir c), secara bersama-sama membangun intranet, program pengolahan nilai raport, dll sesuai kebutuhan dan kemampuan. Rancangan program tersebut disosialisasikan kepada seluruh guru serta menjadi file folder tiap guru di komputer guru di ruang guru.

B. Hasil atau dampak yang dicapai dari strategi yang dipilih

1. Memiliki sarana yang memadai

a. Ruang Kepala Sekolah = 1 unit Komputer

b. Ruang Wakil Kepala Sekolah = 3 unit Komputer

c. Ruang guru = 3 unit Komputer

d. Ruang Tata Usaha = 3 unit Komputer

e. Ruang BP = 1 unit Komputer

f. Ruang kesiswaan = 1 unit Komputer

g. Ruang Laboratorium Komputer = 41 unit Komputer

h. Ruang Multimedia = 41 unit Komputer

i. Ruang perpustakaan = 1 unit Komputer

j. Laptop = 3 buah

k. LCD/Infokus = 2 buah

l. Link internet

2. Pemahaman yang merata tentang pentingnya penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Lebih dari 90% guru telah biasa mengoprasionalkan komputer, baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan pembelajaran. Guru-guru pun dengan jadwal khusus saling bergantian melakukan proses pembelajaran dengan mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi di ruang Multimedia atau ruang Perpustakaan. Hal ini membuktikan bahwa guru-guru telah merasakan manfaat Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi dunia pendidikan.

3. Memiliki kader yang cukup handal dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

Hingga saat ini sekolah memiliki 8 (delapan) guru yang memiliki penguasaan teknik komputer diatas rata-rata guru yang lain. Mereka merupakan tim pengembang penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMA KOSGORO Kuningan.

4. Tercipta sistem/program

Selain telah dibangun jaringan inranet dan internet keseluruh komputer yang ada, juga telah dikembangkan sejumlah program komputerisasi diantaranya : media pembelajaran, sistem pengolahan nilai raport, sistem keuangan, buku induk, dll.

Dengan menggunakan media pembelajaran berbasis komputer, proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan tidak membosankan. Siswa dengan sangat leluasa menjelajah keberbagai situs sesuai arahan guru.

C. Kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan strategi yang dipilih

1. Pengadaan sarana

Dengan SPP sebesar Rp. 80.000,00 per bulan yang dirasakan adalah minimnya dana, baik untuk pengadaan maupun untuk pemeliharaan. Oleh karena itu, sekolah memandang perlu untuk mengadakan kerjasama dengan CV Angsana Komputer dalam hal pengadaan peralatan.

2. Penanaman pengertian yang merata dikalangan guru

Klasifikasi guru dapat dilihat dari berbagai aspek : jenjang pendidikan, latar belakang pendidikan, jenis kelamin, pangkat/golongan, status kepegawaian, usia, dll. Dari sejumlah klasifikasi guru, yang paling sulit menumbuhkan minat dan motivasi agar mau memahami dan belajar Teknologi Komunikasi dan Informasi yaitu berdasarkan usia. Guru senior (tua) lebih sulit daripada guru yunior (muda).

3. Menciptakan kader (guru) yang terampil

Dari sebanyak 42 (empat puluh dua) guru, pada awalnya hanya seorang guru yang pernah mengikuti kursus komputer, selebihnya “blank”. Namun dengan kesabaran dan ketelatenan akhirnya sekolah memiliki 8 (delpan) orang yang dianggap memiliki keterampilan melebihi rata-rata keterampilan yang lain.

4. Menciptakan sistem/program

Program yang dianggap dalam konsep telah matang, lalu dituangkan dalam program komputer hingga akhirnya jadi sebuah program, memerlukan waktu yang cukup lama. Beberapa kali harus mendapat revisi. Lebih-lebih ketika program dianggap fix, sosialisasi pada semua guru telah dilaksanakan, namun tiba-tiba terjadi perubahan pedoman/ketentuan dari Diknas., maka program pun menjadi berantakan lagi.

D. Faktor pendukung

1. Pengadaan sarana

a. Memiliki ruangan yang memenuhi syarat

b. Dukungan dari Yayasan

c. Dukungan dari Dinas Pendidikan

2. Penanaman pengertian yang merata dikalangan guru

a. Sebagian besar guru mau belajar

b. Terjadi interaksi antara satu dengan lainnya

3. Menciptakan kader (guru) yang terampil

a. Terdapat sejumlah guru muda yang memiliki semangat tinggi

b. Sesuai kemampuan, kebutuhan dipenuhi

4. Menciptakan sistem/program

a. Sebagian besar guru dapat memahami manfaatnya

b. Sesuai kemampuan, kebutuhan dipenuhi

E. Alternatif pengembangan

1. Pengadaan sarana

a. Melalui dukungan pemerintah berupa blok grant, sarana dapat ditambah sesuai peruntukannya

b. Mengajukan permohonan penambahan sarana pada yayasan

c. Menyisihkan dari APBS

2. Penanaman pengertian yang merata dikalangan guru

Pada saat ini telah biasa terjadi pembimbingan “tutor sebaya” antar guru-guru, sehingga kerap terjadi diskusi diantara mereka, dan ini terjadi hampir pada setiap kesempatan.

3. Menciptakan kader (guru) yang terampil

Diyakini bahwa semakin lama guru-guru akan memiliki kemampuan semakin meningkat sehingga seluruh guru akan memiliki kemampuan merata sama tinggi.

4. Menciptakan sistem/program

Sesuai tuntutan dan kebutuhan, berbagai program akan terus dikembangkan sehingga tercipta efeltifitas dan efesiensi dalam pekerjaan yang dilakukan guru.

**

BAB III

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi dunia pendidikan di Indonesia bukan lagi merupakan sebuah alternatif, tapi sudah merupakan satu hal yang harus segera dioptimalkan di seluruh lembaga pendidikan. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu pula. Salah satu unsur yang sangat berpengaruh pada pendidikan yang bermutu pada era globalisasi dewasa ini adalah penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada segala aktifitas proses pendidikan, terutama pada proses pembelajaran. Baik guru maupun siswa dapat mengeksploitasi ilmu pengetahuan dari berbagai sumber melalui akses internet, sehingga keterbatasan buku-buku sumber tidak dapat dijadikan alasan lagi bagi sekolah siswanya tidak berprestasi.

B. Rekomendasi

Dalam kondisi banyak orang berfikir tentang peningkatan mutu pendidikan, maka kita pun hendaknya segera untuk memulainya. Tumbuhkan motivasi, bangun sebuah komitmen, mulailah mengerjakannya. Selama kita tidak pernah berbuat, selamanya kita akan menjadi bangsa yang tertinggal. Apa pun dapat dilakukan asal ada niat untuk melakukannya.

Oleh karena itu, sekecil apa pun potensi yang dimiliki maka mulailah dari potensi itu. Yang dibutuhkan adalah motivasi, ketelatenan, kesabaran, pantang menyerah dan jangan pernah berhenti berfikir untuk mewujudkannya.

**

DAFTAR KEPUSTAKAAN

“Pedoman Pemilihan Guru Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Barat (Teacher Of The Year 2008)”, Panitia Tingkat Provinsi Jawa Barat, Balai Pelatihan Guru Dinas Pendidikan, 2008

Kapten Laut (KH) Drs. Adi Band,– AL,  “Inovasi E-Learning dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di TNI Angkatan Laut”, MAJALAH CAKRAWALA TNI, 2005

Mohamad Surya, H, Prof. Dr., “Mendidik Guru Berkualitas untuk Pendidikan Berkualitas”, Orasi Ilmiah kepada Mahasiswa Program Pasca Sarjana dan PGSD dalam Dies Natalis ke-45 Universitas PGRI Yogyakarta, 2007

Mohamad Surya, Prof. Dr. H., ”Potensi Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran”, Pustekom Depdiknas, Jakarta, 2006

Sutrisno, M.Sc., Ph.D, Drs., E-learning di Sekolah dan KTSP”, Universitas Jambi, 2007

Umaedi, M.Ed.,Drs., “Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Sebuah pendekatan baru dalam pengelolaan sekolah untuk peningkatan mutu”, Direktur Pendidikan Menengah Umum, Depdikbud.,Dirjen. Dikdasmen., Direktorat Dimenum., 1999

Zamroni, Dr.,”Paradigma Pendidikan Masa Depan”, Biograf Publising, Yogyakarta, 2000

http://www.mmui.edu/pcl.html, “Proses Belajar-Mengajar” Diakses 11 Juni 2008

http://www.pmptk.net/file/paparan/Paparan%20Dirjen%20PMPTK%20Pada%20Rembuk%20Nasional%202008.pdf, “Evaluasi Program dan Pencapaian Kinerja Pembangunan Pendidikan Th. 2005-2007 dan Beban Target Th 2008 dan 2009”, Diakses 27 Juni 2008

http://fkip-unpak.org/tisna_artikel.htm, “Pemanfaatan TIK dalam Pnyusunan Bahan Ajar” Diakses 27 Juni 2008


v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}

<!– /* Font Definitions */ @font-face {font-family:”Cambria Math”; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:””; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”,”serif”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} p.MsoHeader, li.MsoHeader, div.MsoHeader {mso-style-unhide:no; mso-style-link:”Header Char”; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; tab-stops:center 216.0pt right 432.0pt; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”,”serif”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} p.MsoFooter, li.MsoFooter, div.MsoFooter {mso-style-priority:99; mso-style-unhide:no; mso-style-link:”Footer Char”; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; tab-stops:center 216.0pt right 432.0pt; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”,”serif”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} a:link, span.MsoHyperlink {mso-style-unhide:no; font-family:”Times New Roman”,”serif”; mso-bidi-font-family:”Times New Roman”; color:blue; text-decoration:underline; text-underline:single;} a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed {mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; color:purple; mso-themecolor:followedhyperlink; text-decoration:underline; text-underline:single;} span.HeaderChar {mso-style-name:”Header Char”; mso-style-unhide:no; mso-style-locked:yes; mso-style-link:Header; mso-ansi-font-size:12.0pt; mso-bidi-font-size:12.0pt;} span.FooterChar {mso-style-name:”Footer Char”; mso-style-priority:99; mso-style-unhide:no; mso-style-locked:yes; mso-style-link:Footer; mso-ansi-font-size:12.0pt; mso-bidi-font-size:12.0pt;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; font-size:10.0pt; mso-ansi-font-size:10.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt;} @page Section1 {size:21.0cm 842.0pt; margin:72.0pt 70.9pt 3.0cm 99.25pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-page-numbers:13; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –>


/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}


Tinggalkan komentar